"Hidup ini sederhana, apa yang telah kau pilih jangan kau sesali"

Sabtu, 14 Desember 2019

Seorang Bajingan Untuk Sebagian Orang

Beranjak tua namun menolak muda (-or)
Seperti itulah seharusnya untuk sebuah semangat ataupun perjuangan, namun kalau kelakuan negatif masih kayak anak muda namanya belum sadar diri, atau menunggu kemalangan menghampiri?
Untuk sebagian orang diluar sana, termasuk saya, yang pernah menjadi bajingan untuk sebagian orang, terlihat baik tapi belum tentu baik, dan lebih baik mantan bajingan kan daripada mantan alim, lebih baik pernah nakal daripada telat nakal, it's just my opinion (no offenese).

Minggu, 22 Juli 2012

Pekerjaan Berat Tantangan Berat

Awal mula di bulan September 2011, saya bergabung di perusahaan yang bergerak di bidang migas, sesuai dengan keinginan saya tentunya (hmmm...mungkin alangkah baiknya jika cerita mengenai saya ditulis dalam artikel sendiri hehe). Perusahaan tempat saya bekerja merupakan perusahaan yang sedang berkembang, perusahaan lokal, lebih tepatnya service company lokal, yah...perusahaan pemenang tender dari PERTAMINA untuk Region Sumatera khusus untuk pemasangan unit ESP (Electric Submersible Pump), hmm apa itu? secara ringkas merupakan suatu unit berbentuk tabung (diameter bervariasi 3,75" hingga 7,38") yang berisi komponen-komponen tertentu dan terdiri dari beberapa bagian yang berfungsi untuk mendorong fluida produksi dari bawah permukaan ke atas permukaan.


Service company, atau yah bisa dibilang sebagai pelayan, karena kita bekerja memang untuk melayani yang punya sumur, tapi dari service company-lah kita banyak belajar, ibarat ini adalah tempat dimana kita mengenal dunia migas yang sebenarnya, 24jam/7hari, 100% tekanan, 100% tantangan, 100% lelaki!!! hehe.

Lanjut dibulan Oktober, saya ditugaskan ke Rantau, Aceh Tamiang. Melihat secara langsung bagaimana proses instalasi ESP, dari bagian paling bawah hingga atas dan saat itu saya ibarat seseorang cupu, sangat cupu mungkin, belum terlalu mengenal apa sih barang yang saya hadapi ini, mulai dari motor (unit bawah namun bukan yang terbawah) lanjut keatas yaitu protector, intake (unit untuk masuknya fluida), baru deh pompa, tenang akan saya coba jelaskan bagian-bagian itu satu-persatu di artikel yang lain tentunya hehe. Ditempat ini proses belajar dimulai... and, ternyata buanyakkk sekali pekerjaannya, ada proses splicing (penyambungan) kabel, persiapan material, mobilisasi ke lokasi, setting unit dipermukaan, commissioning (pengetesan unit), start up, monitoring, dan itu belum bagian non-teknisnya seperti mengatur team, mengatur waktu agar tidak terjadi downtime (keterlambatan) hingga operator yang bertugas setelah unit operasi, hedewww kalau dibayangin semua bisa stress tapi inilah kerja tim , tak akan terasa berat apabila semua dilakukan bersama-sama dan terorganisir, satu soft skill yang saya dapat, Alhamdulillah...

Proyek di wilayah Sumatera Selatan akan segera dimulai, kabar itu sudah terdengar lama ketika saya masih di Jakarta, dan siapapun orangnya yang akan ditugaskan kesana, hehe akan menikmati segala bentuk tantangan di dunia migas (lebay hehe), DamN!!! congratulation ternyata saya mendapat jackpot tersebut, OMG!!! hedewww sangat berat meninggalkan Rantau, mulai dari keramahan warga pribumi hingga lingkungan kerja yang sudah melekat hampir satu bulan. Dan dibulan Oktober 2011, perjalanan itu pun dimulai...Bersambung

Rabu, 18 Agustus 2010

Sejarah Bendera Indonesia Merah Putih


Bendera nasional Indonesia adalah sebuah bendera berdesain sederhana dengan dua warna yang dibagi menjadi dua bagian secara mendatar (horizontal). Warnanya diambil dari warna Kerajaan Majapahit. Sebenarnya tidak hanya kerajaan Majapahit saja yang memakai bendera merah putih sebagai lambang kebesaran. Sebelum Majapahit, kerajaan Kediri telah memakai panji-panji merah putih.

Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai warna merah putih sebagai warna benderanya , bergambar pedang kembar warna putih dengan dasar merah menyala dan putih. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar melambangkan piso gaja dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.

Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran.

Di jaman kerajaan Bugis Bone,Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera Merah Putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone.Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.

Pada waktu perang Jawa (1825-1830 M) Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah putih dalam perjuangannya melawan Belanda.

Bendera yang dinamakan Sang Merah Putih ini pertama kali digunakan oleh para pelajar dan kaum nasionalis pada awal abad ke-20 di bawah kekuasaan Belanda. Setelah Perang Dunia II berakhir, Indonesia merdeka dan mulai menggunakan bendera ini sebagai bendera nasional.

Sang Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan untuk bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan. Tetapi selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Merah Putih ditujukan kepada setiap bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera.

Bendera pusaka dibuat oleh Ibu Fatmawati, istri Presiden Soekarno, pada tahun 1944. Bendera berbahan katun Jepang (ada juga yang menyebutkan bahan bendera tersebut adalah kain wool dari London yang diperoleh dari seorang Jepang. Bahan ini memang pada saat itu digunakan khusus untuk membuat bendera-bendera negara di dunia karena terkenal dengan keawetannya) berukuran 276 x 200 cm. Sejak tahun 1946 sampai dengan 1968, bendera tersebut hanya dikibarkan pada setiap hari ulang tahun kemerdekaan RI. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak pernah dikibarkan lagi dan sampai saat ini disimpan di Istana Merdeka. Bendera itu sempat sobek di dua ujungnya, ujung berwarna putih sobek sebesar 12 X 42 cm. Ujung berwarna merah sobek sebesar 15x 47 cm. Lalu ada bolong-bolong kecil karena jamur dan gigitan serangga, noda berwarna kecoklatan, hitam, dan putih. Karena terlalu lama dilipat, lipatan-lipatan itu pun sobek dan warna di sekitar lipatannya memudar.

Setelah tahun 1969, yang dikerek dan dikibarkan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI adalah bendera duplikatnya yang terbuat dari sutra. Bendera pusaka turut pula dihadirkan namun ia hanya 'menyaksikan' dari dalam kotak penyimpanannya.

Bendera Indonesia memiliki makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.

Ditinjau dari segi sejarah, sejak dahulu kala kedua warna merah dan putih mengandung makna yang suci. Warna merah mirip dengan warna gula jawa/gula aren dan warna putih mirip dengan warna nasi. Kedua bahan ini adalah bahan utama dalam masakan Indonesia, terutama di pulau Jawa. Ketika Kerajaan Majapahit berjaya di Nusantara, warna panji-panji yang digunakan adalah merah dan putih (umbul-umbul abang putih). Sejak dulu warna merah dan putih ini oleh orang Jawa digunakan untuk upacara selamatan kandungan bayi sesudah berusia empat bulan di dalam rahim berupa bubur yang diberi pewarna merah sebagian. Orang Jawa percaya bahwa kehamilan dimulai sejak bersatunya unsur merah sebagai lambang ibu, yaitu darah yang tumpah ketika sang jabang bayi lahir, dan unsur putih sebagai lambang ayah, yang ditanam di gua garba.

Hormati bendera kita, kibarkan dalam jiwa kita! 

PASKIBRAKA DIY 2003


Pakibraka menyisakan kenangan mendalam dalam hati kita, kenangan yang tak terhapus oleh waktu, kenangan yang akan selalu mengingatkan pada kebersamaan kita, kebesaran sang saka merah putih, dan kegigihan para pahlawan mempertahankan kemerdekaan. Kami adalah Paskibraka DIY 2003 yang mengibarkan sang saka merah putih di Gedung Agung Yogyakata 17 Agustus 2003. 

KOTAMADYA YOGYAKARTA 
Eling Mey Atmaja 
Wisnu Satria Ghautama 
Nur Hidayat 
Okky Lutfi Prasetya (Pak Jogoboyo) 
Karlina Kurniawati 
Medania Purwaningrum 
Christyarum Chevy Wenno (Bu Lurah) 
Rosana Setiya Darma 

KABUPATEN GUNUNGKIDUL 
Wahid Hasan 
Wahyu Dwi Razali Bakhri 
Wahyu Tri Prasetyo 
Widianto Cahyo Saputro 
Nika Oktrisari 
Galuh Anjaning Ratri 
May Endah Dwi R 
Novi Muji Lestari 

KABUPATEN BANTUL 
Yanto Herianto 
Muhammad Sigit Purnama 
Agus Hermawan 
Danang Eko Pranowo (Pak Lurah) 
Evy Nurhidayati 
Sudihartati 
Monna Erfitasari 
Yuana Rizka Paramita 

KABUPATEN KULON PROGO 
Gilang Satya Yoga Harista 
Firman Kurniawan 
Krisna andika Putra 
Banu Prihatmojo 
Nursita Yuniar 
Fiki Rakhma Kurnia 
Oka Noviana 
Atika Dwi Ervitasari 

KABUPATEN SLEMAN 
Septiadi Parluhutan Naibaho 
Prasetyo Agung Nugroho 
Adhi Priambada 
Ajie Chrispiyanto Wibowo 
Vienna Margani 
Ratna Purwanita 
Ratna Dewi Perwitasari Dinar Lingga Damayanti (Bu Jogoboyo) 

Kibarkan Sang Merah Putih di Dadamu !!

Semangat Kemerdekaan

Walaupun sudah 65 tahun sejak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, namun kemerdekaan yang sesungguhnya belumlah dirasakan oleh sebagian rakyat Indonesia. Entah dimana letak kesalahannya, namun harapan haruslah tetap ada. Berjuang adalah kewajiban bung! mari kita berjuang, setidaknya dimulai dari hidup kita sendiri agar lebih baik.